Rabu, 17 Maret 2010

Lukisan Kaca Cirebon Warisan Budaya Wali Songo

Lukisan KacaPerkembangan lukisan kaca Cirebon tidak terlepas dari sejarah perkembangan Islam di tanah Jawa. Konon Seni Lukis Kaca ini sudah dikenal sejak abad 17 Masehi.

Khususnya di daerah Cirebon. Pada jaman pemerintahan panembahan Ratu di Cirebon, lukisan kaca digunakan sebagai media dakwah agama Islam. Oleh sebab itu bentuk lukisan yang dikenal pada waktu itu hanya dua jenis, yakni berupa kaligrafi, dan gambar wayang.

Seiring dengan pertumbuhan seni lukis kontemporer lainnya, lukisan dengan media kaca ini mulai dikenal masyarakat luas pada tahun 1970, dan sempat booming tahun 1980 -1990. Sang maestro lukisan kaca Cirebon Toto Sunu membuat gebrakan dengan lukisan kaca super besar dan nuansa dekoratif yang begitu hidup. Maka lukisan kaca makin dikenal sebagai eksistensi cinderamata Spesifik khas kota Cirebon.




Lukisan kaca kota udang ini di lukis dengan tekhnik melukis terbalik, sangat kaya akan gradasi warna dan nuansa dekoratif yang menawan serta menampilkan ragam hias ornament dan motif Mega Mendung serta Wadasan, kemudian lebih dikenal dengan sebutan Batik Cirebon. Kreatifitas seniman ini kemudian menambah jenis lukisan kaca Batik Cirebon dan jaman sekarang dikenal pula lukisan kaca oriental atau umum yang biasanya berupa bunga, wajah, pemandangan dan lain-lain.

“Tahapan tekhnis melukis di kaca ini agak berbeda dengan seni lukis yang lain, pertama sketsa dibuat pada kertas kemudian ditempel pada media kaca dan melukis di bidang kaca sebelahnya, ini yang dinamakan dengan tekhnik melukis terbalik, kata Dian, pendiri sekaligus pemilik Sanggar Alam Seni Lukis Kaca Cirebon.

Koas yang digunakan minimal 5 buah, mulai dari yang halus sampai yang kasar atau besar. Untuk koas yang paling halus pelukis menggunakan bulu kucing, dan bulu ayam untuk koas paling kasar. Seniman lukisan kaca biasanya membuat sendiri peralatan melukisnya. Sebagai finishing lukisan kaca digunakan tekhnik tembak atau airbrush guna memunculkan gradasi warna dan kesan pecah-pecah yang menarik, bahan baku yang dipakai melukis adalah cat minyak

Ciri khas lukisan kaca Cirebon adalah Kaligrafi, Wayang dan Batik Cirebon, ada 42 jenis kaligrafi peninggalan para Wali atau Sunan, khusunya Sunan Gunung Jati, semuanya mempunyai makna dan tujuan yang berbeda. Salah satunya adalah Macan Ali berupa tulisan arab dengan lafadz dua kalimat syahadat, kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi pemiliknya agar selalu ingat kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Contoh wayang adalah lukisan Ganesha, gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada. Lukisan ini dipercaya menjaga kekuatan jahat, biasanya di pajang di depan pintu rumah. Untuk lukisan wayang berdasarkan pesanan bagi orang yang percaya dunia perwayangan. Dian menyarankan, lukisan karakter wayang yang dipesan disesuaikan dengan hari weton atau kelahiran si pemesan. Misalnya, kelahiran hari Senin disarankan memilih tokoh Arjuna, Selasa cocok dengan Bima, Rabu Semar, Kamis Hanoman, Jumat Prabu Kresna, Sabtu Baladewa, Minggu Yudistira.

Masing-masing membawa sifat dan kepribadian yang berbeda, dan diharapkan membawa pengaruh baik bagi pemilik lukisan apabila pasanannya berdasarkan rambu-rambu weton di atas. Sanggar Alam milik Dian Mulyadi yang berdiri sejak tahun 1997, menawarkan dua harga yang berbeda. “Untuk harga jual barang yang sudah ada, ukuran kaca; 20 x 30 cm dan bingkai 6 cm Rp.80.000, ukuran 30 x 40cm Rp.150.000, 40 x 50cm Rp.300.000, 55 x 75cm Rp. 450.000 dan 120 x 70cm ukuran bingkai 8 cm Rp.1.000.000 pembelian lebih dari 5 unit mendapat potongan 10 %.

Sedangkan untuk harga pesanan dikenankan biaya tambahan, biasanya mencapai tiga kali lipat harga produksi. “Dalam proses pengerjaan pesanan khusus di butuhkan ritual tertentu dan memakan waktu sedikit lama,” ujar Dian.

Sanggar-sanggar lukisan kaca Cirebon semua terpusat di daerah Sunyaragi Cirebon, begitu pula dengan sanggar Dian yang bermarkas di Jl. Karang Jalak Gang Jalak I RT.01/06 No.19. Sunyaragi berasal dari kata Sunya yang artinya “Sunyi atau Sepi” dan Ragi artinya “raga”, jadi Sunyaragi adalah tempat menyepinya raga yang ingin membersihkan diri, dikenal sebagai tempat bertapa. Sebagian besar pelukis kaca Cirebon pernah melakukan pembersihan diri agar karya lukisannya mempunyai nilai-nilai yang lebih dari pada sekedar lukisan.

Setiap daerah mempunyai tradisi dan kepercayaan yang berbeda, ini menandakan bahwa budaya Indonesia beragam. Terlepas dari semua itu, fenomena lukisan Cirebon ini merupakan budaya, sebuah karya seni bangsa yang harus di jaga dan diwariskan kepada anak cucu kita. Dan dengan pernah dieksportnya lukisan kaca Cirebon ke Korea, Belanda dan Dubai membuktikan bahwa bangsa Indonesia kaya akan budaya.

Sumber :http://erawisata.com/cinderamata/cinderamata/lukisan-kaca-cirebon-warisan-budaya-wali-songo.html

1 komentar:

  1. MENARIK...MENARIK...& SELALU MENERIK, kesenian Cirebon memang mengagumkan (alias luar biasa), terutama buat para pelaku seninya. Salut buat kalian semua!!! Dukung terus kesenian & kebudayaan Cirebon...

    (Salam kenal dari: megamend kaos cherbon)

    BalasHapus